PENGANTAR MANFAAT KORAN BEKAS SEBAGAI MULSA MENANAM CABE MERAH
Pengamatan kami di lapangan menunjukkan bahwa ada banyak penyebab mengapa produksi tanaman, khususnya tanaman cabe belum mencapai sebagaimana diharapkan. Salah satu penyebab adalah wawasan petani terhadap teknik budidaya cabe masih sangat dangkal. Umumnya petani mengerjakan usahanya dengan cara meniru begitu saja dari orang tuanya atau dari petani lain tanpa mengetahui mengapa sesuatu itu dilakukan.
Contoh nyata di lapangan, bila seorang petani memakai mulsa plastik perak hitam maka petani lain akan meniru memakai mulsa yang demikian. Bila karena satu dan lain sebab mulsa tersebut tidak tersedia misalnya tidak tersedia dana maka petani itu tidak akan mencari penggantinya dan membiarkan tanamannya tanpa mulsa. Kemungkinan lain yang terjadi, petani itu tidak melakukan usaha taninya sampai mulsa tersebut diperoleh atau tersedia modal usaha dalam bentuk dana untuk membeli mulsa tersebut.
Kondisi ini tentu tidak menguntungkan. Produktivitas lahan pertanian di daerah ini menjadi sangat rendah. Banyak lahan-lahan terlihat kosong tanpa ditanami dengan tanaman kecuali rumput. Bilapun ada pertanaman, teknik budidayanya masih sangat konvensional tanpa sentuhan teknologi yang berarti.
Berdasarkan pengamatan dan analisis ini, kami telah melakukan suatu kegiatan untuk membuka wawasan petani bagi peningkatan produktivitas tanaman khususnya tanaman cabe. Kegiatan ini adalah memberikan contoh penggunaan mulsa alternatif berupa pemanfaatan koran bekas untuk tujuan meningkatkan hasil tanaman cabe. Koran bekas selain harganya murah bahkan terkadang dapat diperoleh secara cuma-cuma, tetapi juga sangat bermanfaat dalam menjaga kondisi tanah bila diaplikasikan sebagai mulsa.
SYARAT TUMBUH CABE
Tanaman cabe secara umum dapat ditanam di sembarangan tempat dan waktu. Tanama ini dapat di tanam di dataran tinggi ataupun di dataran rendah, di persawahan ataupun di tegalan, di musim kemarau ataupun musim hujan. Kendatipun demikian, tanaman cabe akan tumbuh dan berproduksi dengan baik bila syarat-syarat tertentu dari tempat tumbuhnya terpenuhi (Prajnanta, 2003).
Cabe besar lebih sesuai bila ditanam di daerah kering dan berhawa panas dengan kisaran suhu optimum 24 – 28 oC. Tanaman ini menghendaki tempat terbuka sehingga sinar matahari dapat langsung diterima. Lama penyinaran yang baik antara 10 – 12 jam per hari. Curah hujan yang baik adalah 1500 –2500 mm/tahun (Setiadai, 1988; Prajnanta, 2003).
Hampir semua jenis tanah dapat ditanami cabe mulai dari andosol, latosol, regosol, ultisol hingga grumusol. Namun demikian, tanah yang baik adalah tanah yang berstruktur remah, gembur tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous serta kaya akan bahan organik. Derajat keasaman tanah yang baik berkisar antara 5,5 – 6,8 (Harjadi dan Bintoro, 1982; Prajnanta, 2003).
MULSA DAN PERANANNYA
Mulsa dapat didefinisikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di atas permukaan tanah. Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, maka mulsa dapat dikelompokkan menjadi mulsaa organik, anorganik, dan kimia sintetik (Umboh, 1997).
Mulsa organik berasal terutama dari sisa panen, tanaman pupuk hijau atau limbah hasil kegiatan pertanian lainnya seperti batang jagung, jeramai padi, batang kacang tanah dan kedelai dan lain-lain yang dapat melestarikan produktivitas lahan untuk jangka waktu yan lama (Purwowidodo, 1983). Kertas koran termasuk ke dalam katagori ini.
Mulsa anorganik meliputi semua bahan batuan dalam bentuk dan ukuran tertentu seperti batu kerikil, batu koral, batu bata, pasir kasar, serta batuan lainnya. Bahan mulsa ini lebih banyak digunakan untuk tanaman hias (Umboh, 1997)
Mulsa kimia sintetik menurut Purwowidodo (1983) meliputi semua bahan yang sengaja dibuat khusus untuk mendapatkan pengaruh tertentu jika diperlakukan pada tanah. Jenis bahan ini meliputi bahan-bahan plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar yang seragamserta bahan-bahan kimia yang berbentuk emulsi seperti bitumin, aspal, krilium, dan lateks yang berfungsi sebagai soil conditioner.
Mulsa mempunyai terbukti dapat mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Mulsa mempunyai beberapa kebaikan antara lain dapat melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran hujan, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, memelihara suhu dan kelembaban tanah, dan mengendalikan pertumbuhan gulma (Purwowidodo, 1983).
Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa pemberian mulsa dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik.
Pemberian mulsa khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini selain dapat menambah bahan organik tanah juga dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga daya infiltrasi air menjadi lebih besar (Sarief, 1985).
Dari berbagai kebaikan yang diberikan kepada tanah, mulsa telah terbukti juga memberikan kebaikan pada pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memberikan hasil yang lebih memuaskan.
METODE KEGIATAN
Metode kegiatan yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah pembuatan demplot, penyuluhan, dan bimbingan penerapan langsung budidaya tanaman cabe di lapangan. Demplot dibuat seluas 400 m2 atau sebanyak 500 batang cabe. Penyuluhan dan bimbingan pelaksanaan teknik budidaya cabe dan tata cara pemasangan mulsa koran bekas langsung dilaksanakan di demplot tersebut.
Garis besar kegiatan teknik budidaya tanaman cabe dengan mulsa kertas kokran adalah sebagai berikut:
- Pembibitan dilaksanakan di polibag dengan media tanah dan pupuk kandang 2 : 1 atas dasar volume.
- Pengolahan tanah dengan menggunkan traktor sebanyak dua kali bajak sedalam 15 cm.
- Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 110 cm, tinggi 30 cm, dan panjang 15 m. Lebar parit 50 cm.
- Kapur diberikan bersamaan dengan pengrapian bedengan, dengan dosis 200 g/m2
- Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum tanam, dosis 1 kg/lubang tanam
- Bibit dipindahtanamkan pada umur 25 hari setelah semai.
- Penaman dilakukan dengan jarak 50 cm x 50 cm
- Pemupukan pertama dilakukan seminggu setelah tanam dan pupuk kedua diberikan umur 30 hari setelah tanam. Jenis pupuk yang diberikan adalah ZA, Urea, TSP, dan KCl dengan dosis masing-masing 36 g, 14 g, 28 g, dan 22 g per tanaman. Pupuk ZA dan Urea diberikan setengah dosis pada pemupukan pertama dan setengahnya lagi pada pemupukan kedua. Pupuk TSP dan KCl diberikan sekaligus pada pemupukan pertama.
- Pemasangan mulsa koran bekas dilakukan setelah pemupukan, yaitu tiga lapis koran untuk setiap tanaman.
- Perempelan tunas dilakukan mulai umur 2 minggu setelah tanam.
- Pemasangan ajir dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bambu dengan pemasangan satu ajir untuk setiap tanaman.
- Pengairan dengan cara penggenangan ¾ bedengan diberikan 2 kali seminggu.
- Pupuk susulan (ketiga dan keempat) diberikan dua kali, yaitu pada umur 60 dan 90 hari setelah tanam. Pupuk yang dipakai adalah pupuk lengkap 15-15-15, dengan dosis 7,5 g per tanam per sekali pemberian.
- Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sejak tanaman dipindahtanamankan ke bedengan pertanaman, dengan menggunakan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC, dan fungisida Dithane M-45.
- Pemanenan dilakukan pada saat buah telah mememenuhi kriteria panen dengan ciri-ciri bentuknya padat, warnanya merah menyala dengan sedikit garis hitam (90% masak).
HASIL
Pengetahuan tentang penggunaan dan manfaat mulsa koran bagi pertumbuhan dan hasil cabe merupakan suatu yang baru bagi petani di sini. Pada umumnya, petani hanya mengenal mulsa plastik yang telah jamak dipakai. Pemakaian mulsa koran menjadi tanda tanya bagi petani karena belum pernah mereka lihat bahkan belum pernah mereka dengar. Sebagian petani serta merta mengatakan tidak mungkin memakai mulsa kertas koran karena pasti akan rusak/koyak bila terkena hujan. Sebagian lainnya berpendapat kertas koran tidak akan bisa menahan pertumbuhan gulma (rumput) karena kertas koran dianggap rapuh. Pendapat seperti ini langsung sirna ketika para petani di sekitar tempat pengabdian melihat langsung betapa kokohnya kertas koran ini berfungsi.
Pertumbuhan gulma tertekan oleh mulsa koran ini, sebaliknya pertumbuhan dan produksi cabe menjadi maksimum. Tentunya ada banyak manfaat lain dari mulsa ini, antara lain kelembaban tanah tetap terjaga, suhu tanah tidak terlalu panas, dan jasad biologi tanah bertumbuh baik. Semuanya ini akan bermuara pada hasil cabe yang tinggi. Menurut Purwowidodo (1983), mulsa terbukti dapat mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Beberapa kebaikan mulsa antara lain dapat melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran hujan, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, memelihara suhu dan kelembaban tanah, dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa pemberian mulsa dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Lebih lanjut, menurut Sarief (1985) pemberian mulsa khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini selain dapat menambah bahan organik tanah juga dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga daya infiltrasi air menjadi lebih besar.
Dengan mulsa koran, terlihat pertumbuhan cabe sangat kuat dan produksinya sangat tinggi. Produksi cabe mencapai 0,5 – 1,0 kg per batang. Selain itu, terlihat juga kualitas hasil cabe sangat baik. Kedua hal ini, produksi dan kualitas yang tinggi, mengantarkan usaha cabe ke tingkat yang menguntungkan. Dari tiga kali panen yang telah dijual, petani memperoleh harga yang baik yaitu rata-rata Rp 20.000,- per kg.
Hasil yang memuaskan ini dapat menjadi daya tarik yang kuat untuk meneruskan memanfaatkan bahan bekas, termasuk koran bekas, sebagai mulsa bagi pertanamannya. Pemanfaatan bahan bekas ini tidak hanya sebatas koran bekas tetapi dapat diperluas ke bahan-bahan lain seperti kertas semen bekas dan sebagainya. Pemanfaatan bahan bekas dapat menghemat pengeluran petani. Bahan bekas kadang-kadang dapat diperoleh secara cuma-cuma di sekeliling tempat tinggal tanpa harus membeli. Bila terpaksa harus membeli, biasanya barang bekas harganya sangat murah. Sebagai contoh, koran bekas hanya dijual Rp 1500,- per kg. Bila petani rajin mengumpulkan kertas koran bekas, malahan terkadang bisa diperoleh secara gratis. Demonstrasi penggunaan koran bekas yang sangat menjanjikan ini seharusnya dapat menarik minat petani. Dari beberapa kali pertemuan dengan para petani di sini bahkan dengan penyuluh di wilayah ini, terlihat ada keinginan yang kuat dari mereka untuk memanfaatkan mulsa kertas koran bekas ini sebagai mulsa. Terlihat ada kesungguhan dari cara mereka bertanya baik tentang hal-hal yang bersifat teknis maupun hal-hal yang bersifat teroritis. Lebih jauh, mereka juga ada menyebut dan mendiskusikan tentang baiknya memanfaatkan bahan bekas untuk kemaslahatan lingkungan hidup.